Senin, 18 Januari 2010

Setiadji Yudho pemilik Hotel Short Time sekaligus Kelenteng Kwan Kiong Bio (Kenjeran)

Ironis, Hotel Satu Kompleks dengan Kelenteng Kwan Kiong Bio
Mengungkap Bisnis Setijadi Yudho, yang Diduga Pelopor Hotel Short Time di Surabaya (3)
Hotel di lokasi Pantai Ria Kenjeran sudah dicap sebagai hotel mesum. Ironisnya, hotel itu berdekatan dengan tempat ibadah umat Tri Dharma, yakni Kelenteng Kwan Kiong Bio.

Tim SP, SURABAYA

Setelah puas “bermain” dalam kamar motel Kenjeran baru, para pasangan mesum langsung check out. Bagi mereka, waktu 8 jam sudah lebih dari cukup untuk saling menumpahkan birahi yang terpendam. Tapi banyak juga pasangan yang belum 8 jam, sudah memutuskan keluar hotel.

“Buat apa berlama-lama, wong di dalam juga nggak nyaman. Yang penting sudah puas ya langsung cabut,” seloroh Andik, seorang mahasiswa pelanggan tetap motel Kenjeran yang saat itu berani berterus terang pada Surabaya Pagi kalau dirinya baru saja ber-indehoi dengan pacarnya satu kampus.

Menurut Andik, ia memang sangat sering ”bercinta” di motel Kenjeran ini. Alasannya, tentu saja karena harga sewa kamar yang murah. “Pas dengan kantung mahasiswa,” tukas pria berambut ikal ini sambil tersenyum nakal ke pacarnya yang bernama Rina.

Pengamatan Surabaya Pagi, saat keluar wajah-wajah pasangan itu tampak sumringah dan segar. Maklum, biasanya sebelum check out, mereka mandi junub dulu. “Kita tahu kok kalau habis gituan ya harus mandi besar,” tambah Andik.

Sementara itu tak sedikit pula pasangan yang masih malu-malu kucing saat memasuki area hotel atau saat keluar. Terutama bagi mereka yang datang mengendarai sepeda motor. Beberapa pasangan tampak berusaha semaksimal mungkin menutupi wajah mereka. Caranya, dengan memakai helm teropong atau kalau tidak dengan menutup wajah mereka dengan kain atau masker.

Para pasangan jenis ini malu dan takut jika kepergok teman atau kerabatnya sedang check in di hotel kelas melati milik Bos PT Granting Jaya, Setiadji Yudho ini. Bahkan ketika membooking kamar di resepsionis pun, mereka tak mau melepas helm mereka agar wajah mereka sulit diidentifikasi.

Waktu keluar dari kamar, mereka langsung menuju gerbang hotel. Nah, di gerbang tersebut, ada seorang petugas yang berjaga-jaga dengan duduk-duduk atau berdiri. Petugas itu bertugas menerima kunci dari para tamu hotel yang keluar. “Ini kuncinya, Pak. Terima kasih, ya,” tegas seorang tamu yang masih di atas motornya, sambil menyerahkan kunci kamar pada sang petugas.

Tak sampai 10 detik, pasangan tamu yang tampak mesra itu langsung melesat pergi. Ya, semudah dan semurah itulah untuk bisa bercinta di hotel mini Kenjeran Baru ala Setiadji Yudho. Entah sudah berapa ribu pasangan yang sudah bermesum ria dalam hotel ini selama bertahun-tahun.

Yang memprihatinkan lagi, untuk menuju hotel esek-esek ini, salah satu jalan utama adalah harus lewat kelenteng Sanggar Agung. Jarak antara hotel dengan klenteng yang dulu bernama ”Kwan Kiong Bio” ini hanya sekitar 300 meter.

Yang menarik, menurut kabar yang berhembus, Setiadji Yudho lah, yang merelokasi dan memperluas rumah ibadat Tridarma yang sudah berusia 30 tahun ini. Ada patung Dewi Kwan Im dan beberapa dewa-dewi menjadi tetenger atau penanda Pantai Ria Kenjeran. Kini, kelenteng ini juga menjadi salah satu ikon Kenjeran.

Jika ditilik lebih jauh, memang sangat ironis. Dua bangunan yang mempunyai fungsi bertolak belakang menjadi representasi wisata pantai kebanggaan Surabaya itu. Yang satu adalah hotel esek-esek yang setiap waktunya digunakan untuk berzina. Sementara yang satunya lagi adalah tempat peribadatan yang berfungsi untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Dan dua-duanya menjadi berkembang hingga saat ini di bawah manajemen Setiadji Yudho. Sumber: http://www.surabayamandiri.com

Setiadji Yudho pemilik 3 Hotel Short Time Surabaya

Hotel V3 Tambak Bayan, Short Time Kelas Menengah -Atas
Reputasi sebagai pemilik hotel ‘mesum’ yang melekat pada Setiadji Yudho, tak menghentikan langkahnya membangun hotel serupa. Baru-baru ini dia membangun dua hotel cukup mewah di Surabaya, yakni Hotel Veni Vidi Vici (V3) dan Oval.

Tim SP, SURABAYA

Setelah Hotel Pasar Besar yang melegenda sebagai hotel mesum pertama di Surabaya, berturut-turut dia membangun hotel yang sejenis. Mulai dari hotel Puspa Asri di jalan Kenjeran hingga yang paling baru, Hotel V3 yang terletak di Jl Tambak Bayan Tengah Surabaya.

Hotel berlantai empat yang sengaja dibangun tersembunyi karena terletak di tengah-tengah perkampungan padat penduduk ini. Operasional sehari-hari juga tak jauh beda dengan hotel-hotel pendahulunya, yakni Pasar Besar dan Puspa Asri.

Bahkan, hotel V3 ini kelasnya lebih tinggi dibanding dua hotel lainnya. Dari sisi layanan, ibarat rumus, Hotel bintang tiga inipun juga menyediakan layanan short time bagi pelangganya. Setiadji membangun hotel ini sendiri sepertinya dimaksudkan untuk melayani pelangganya dari kalangan menengah ke atas. Sebab untuk segmen pelanggaan kelas bawah dan menengah sudah terlayani di di Pasar Besar dan Puspa Asri.

Tarif di Hotel V3 ini sendiri paling murah Rp 275.000. Sementara yang paling mahal Rp 400.000. Dari keterangan sejumlah karyawan hotel ini, hampir setiap hari pelanggan datang menginap di hotel ini. “Kebanyakan memang rombongan. Tapi banyak juga tamu-tamu yang hanya check in sebentar, Mas,” ujar salah satu karyawan bagian catering saat berbincang dengan Surabaya Pagi.

Saat ditanya apakah di hotel ini juga melayani short time atau istilah halusnya di bidang perhotelan adalah layanan transit, karyawan yang sudah bekerja sekitar enam bulan di hotel ini menganggukan kepala. “Biasanya hari sabtu dan minggu yang paling ramai,” jelas dia.

Tapi karyawan ini menyatakan jika dibandingkan dengan hotel Pasar Besar yang terletak persis di depan hotel V3 ini, hotel Pasar Besar lebih ramai. “Ya karena mungkin tarifnya jauh lebih murah. Kalau di sini kan jelas jauh perbedaanya. Tapi lumayan juga kok yang menginap hanya sebentar tidak sampai sehari,” ujarnya.

Ditanya berapa tarif short time-nya, pemuda ini tidak bisa memastikan. Sebab yang tahu hanya bagian resepsionis hotel. ‘’Kalau pastinya tidak tahu, sebab tamu yang ingin menginap beberapa jam saja bisa nego kalau soal tarif,’’ katanya.

Hotel V3 ini sendiri dibangun Setiadji Yudho sekitar sembilan bulan yang lalu. Tiap lantai terdapat 54 kamar. Hotel ini berdiri megah di tengah perkampungan padat penduduk yang notabene kelas menengah ke bawah dengan empat lantai. Halamannyapun juga cukup luas. Terutama di samping kiri hotel.

Saat hotel V3 dioperasikan, Setiadji berhasil menguasai lahan di sebelah barat hotel dengan batas-batas eks rumah Jl. Tambak Bayan Tengah nomor 2,4,6,16, 20, 35, 37, 39, 41, dan 43. Rumah di RT 5 yang dihuni lebih dari 15 KK itu dilepas pemiliknya dengan uang tali asih (menurut versi Hotel V3-Red) Rp1 juta per meter perseginya. Tak pelak, perselisihan dengan warga Tambak Bayan, hingga kini belum usai.

Selain hotel V3, sekitar tiga bulan lalu Setiadji Yudho kembali membangun hotel di Jl Diponegoro nomor 23 Surabaya, bernama Hotel Oval. Hotel ini menyediakan 176 kamar dengan pilihan kamar mulai standard, deluxe hingga suite. Untuk tarif, hotel ini agaknya menjadi hotel yang paling mahal. Sebab, tarif paling murah adalah Rp 500.000 semalam, kemudian ada Rp 600.000 semalam dan paling mahal Rp 850.000 semalam. Sumber: http://www.surabayamandiri.com